Minggu, 03 Maret 2013

tentang tompeyan :))


Tompean-Tegalrejo
Oleh:
Lucia Ratri Ardhanaswari


Malam ini, tepatnya hari Senin, 22 Oktober 2012, pukul 19.00 WIB, saya mengikuti doa Rosario di lingkungan saya, tepatnya di rumah Pak Poniman. Beliau adalah tetangga saya satu kampung tetapi berbeda RT/RW. Setelah selesai doa Rosario, kami berbincang-bincang satu sama lain sambil sedikit bercanda. Kami berbincang-bincang sambil menikmati camilan yang disediakan tuan rumah, yaitu gorengan dan teh hangat. Di tengah perbincangan, saya bertanya pada Bapak Diakon. Namanya Pak Eddy. Saya bertanya mengenai seluk beluk kampung tempat tinggal saya ini. Oh iya, saya tinggal di kampung yang bernama Tompean, tepatnya di kecamatan dan kelurahan Tegalrejo, Yogyakarta, DIY. Nah, dulu teman-teman saya kalau mau main ke rumah, pasti bertanya di mana rumah saya berada. Saya secara langsung menjawab Tompean. Lalu kebanyakan dari mereka bertanya di mana itu Tompean. Lalu saya menjawab di daerah Tegalrejo. Kebanyakan teman-teman saya tahunya daerah Tegalrejo, bukan Tompean. Alhasil, kalau mau main ke rumah, teman-teman saya memilih untuk bertemu di museum Sasana Wiratama (museum Pangeran Diponegoro) yang tempatnya di Tegalrejo. Konon katanya di daerah sekitaran museum inilah pejuang bangsa kita, Pangeran Diponegoro bergerilya melawan penjajah. Maka dari itu, dibuatlah museum ini untuk menghormati jasa beliau. Nah setelah bertemu di depan museum ini, saya langsung mengajaknya ke rumah saya. Padahal dari Tegalrejo ke Tompean itu agak jauh tempatnya. Hal serupa ternyata juga dialami oleh semua anggota keluarga saya dan tetangga-tetangga saya dulunya. Namun karena faktor kejauhan itu, sekarang kalau ada orang yang  mau mampir ke rumah, biasanya diberi ancer-ancer yang letaknya dekat dengan Tompean atau berada di Tompean, misalnya makam Utoro Loyo, BPOM Dinas Kesehatan, Koramil, WINA, dsb.
Kebanyakan orang yang saya kenal tidak tahu Tompean pada awalnya. Padahal sebagian dari mereka adalah orang Jogja juga. Nah karena hal itu, saya lalu bertanya mengenai masa lalu kampung Tompean ini kepada orang yang  saya anggap lebih tahu, yaitu Pak Eddy yang usianya berkisar 60 tahun lebih. Kami seisi ruangan spontan langsung tertawa mendengar jawaban pak Eddy, karena beliau langsung menjawab yang menuju ke intinya bahwa pada zaman dulu, di kampung ini (re: Tompean) terdapat tempayan yang sangat besar. Tempayan ini adalah tempat air yang besar dibuat dari tanah, perutnya besar, mulutnya sempit, dipakai juga untuk menyimpan beras, membuat pekasan ikan dan sebagainya. Karena percaya bahwa tanah di sekitar tempayan ini akan menjadi tanah yang subur dan tanah yang damai untuk diturunkan kepada anak-cucu, orang-orang di sekitar ini akhirnya membuat rumah-rumah. Seiring berjalannya waktu yang sekian lama, tempayan itu rusak dan akhirnya hilang tanpa jejak dan akhirnya dinamailah kampung Tompean (sekarang Jl. Tompean).

Kami seisi ruangan sempat percaya tentang apa yang dikatakan Pak Eddy karena pada saat bercerita, beliau memasang muka yang sangat serius dan beliau juga sudah lama juga tinggal di kampung ini. Namun kami juga agak berpikir dan belum percaya pada apa yang diceritakan Pak Eddy ini karena masih belum ada bukti kuat yang menceritakan bagaimana sejarah kampung Tompean ini dulunya terjadi. Namun tetap sajalah, kami juga menghargai beliau yang sudah memberikan sedikit informasi ini kepada kami. Ini hanyalah sekadar untuk bahan pengetahuan sekaligus gojekan. Anda sekalian boleh percaya boleh tidak. Sekian dan terima kasih.

~ ~ ~ SELESAI ~ ~ ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar